A. PENGERTIAN
HIV DAN AIDS
HIV adalah kependekan dari
Human Immunodeficiency Virus. Virus ini
menurunkan sampai merusak system kekebalan tubuh manusia. Setelah beberapa
tahun jumlah virus semakin banyak sehingga system kekebalan tubuh tidak lagi
mampu melawan penyakit yang masuk.
AIDS (Acquired Immuno
Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya
kekebalan tubuh individu akibat HIV. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem
kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh.
Karena sistem kekebalan
tubuhnya menjadi sangat lemah, penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan
menjadi sangat berbahaya.
B. ASAL HIV/AIDS
Belum diketahui dengan jelas
dari mana dan kapan jelasnya HIV/AIDS muncul. Diperkirakan pada akhir 1970-an
di daerah sub sahara Afrika HIV sudah berkembang dan meluas. Perkiraan ini
dibuat berdasarkan catatan kasus-kasus penyakit yang ada di rumah-rumah sakit
di beberapa negara Afrika pada saat itu.
Hal ini juga diperkuat oleh
beberapa contoh darah pada tahun 1950-an yang telah mengandung HIV. Tetapi
kasus HIV/AIDS pertama kali dilaporkan oleh Gottleib dan kawan-kawan di Los
Angeles pada tanggal 5 Juni 1981.
C. PENEMU VIRUS HIV
HIV ditemukan oleh Dr.
Luc Montaigner dan kawan-kawan dari Institute Pasteur Perancis. Mereka
berhasil mengisolasi virus penyebab AIDS ini dengan mengisolasi virus dari kelenjar
getah bening dalam tubuh ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang membengkak.
Kemudian pada bulan Juli
1994 Dr. Robert Gallo dari Lembaga Kanker Nasional di Amerika
Serikat menyatakan bahwa dia menemukan virus baru dari seorang penderita AIDS
yang diberi nama HTLV-III.
Kemudian Ilmuwan lain, J.
Levy juga menemukan virus penyebab AIDS yang ia namakan AIDS Related
Virus yang disingkat ARV. Akhir Mei 1986 Komisi Taksonomi International sepakat
menyebut virus AIDS ini dengan HIV.
D. KASUS HIV/AIDS PERTAMA DI INDONESIA
Secara resmi kasus AIDS
pertama di Indonesia yang dilaporkan adalah pada seorang turis asing di Bali
pada tahun 1987. 􀂃 Walaupun sebelumnya sudah ada berita tidak resmi bahwa sedikitnya
ada tiga kasus AIDS di Jakarta pada tahun 1983 tetapi karena tidak tercatat di
Indonesia maka kasus pertama di Indonesia disepakati pada tahun 1987
E. KASUS HIV/AIDS DI INDONESIA SAAT INI
Kasus
HIV/AIDS diindonesia melonjak tajam sejak akhir tahun 90-an. HIV/AIDS banyak
diidap oleh penduduk usia produktif, dan lebih banyak diindap oleh laki-laki
daripada perempuan. Kasus HIV/AIDS yang sudah dimulai sejak tahun 1987 dari tahun
ke tahun semakin bertambah jumlahnya. Menurut Jaringan Epidemiologi Nasional
ada beberapa kondisi yang membuat penyebaran AIDS di Indonesia menjadi cepat,
antara lain :
1)
Meluasnya pelacuran
2)
Peningkatan hubungan seks pra nikah (sebelum menikah) dan ekstra
marital (di luar nikah)
3)
Prevalensi penyakit menular seksual yang tinggi
4)
Kesadaran pemakaian kondom masih rendah
5)
Urbanisasi dan migrasi penduduk yang tinggi
6)
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril
7)
Lalu lintas dari dan ke luar negeri yang bebas
F.
FENOMENA
GUNUNG ES
Epidemi
HIV/AIDS di Indonesia merupakan salah satu yang paling cepat di Asia.
Penelitian di RSUP Dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa infeksi oportunistik
yang tersering pada pasien HIV/AIDS adalah kandidiasis orofaringeal sebesar
79%. Kandidiasis orofaringeal adalah infeksi oportunistik mukosa yang banyak
kasus disebabkan oleh jamur Candida albicans, tetapi dapat pula disebabkan oleh
spesies lain seperti Candida glabrata, Candida tropicalis dan Candida krusei.
Kecenderungan
pengidap HIV/AIDS di Indonesia
terus meningkat. Menurut Departemen
Kesehatan RI dalam awal
triwulan pertama di 2009, tambahan pengidap
HIV/AIDS dengan rentang usia 15-19 tahun saja sebanyak 522
orang (www.depkes.go.id). Artinya, sehari
rata-rata 17,2 remaja Indonesia terinfeksi HIV/AIDS.
Maka kuantitas dan
kualitas kampanye anti HIV/AIDS
perlu semakin ditingkatkan.
Kasus HIV/AIDS bagaikan
gunung es. Yang nampak hanyalah permukaan belaka namun kasus yang sesungguhnya
jauh lebih besar daripada kasus yang nampak, maka terjadi apa yang disebut
sebagai “Fenomena Gunung Es”. Artinya adalah data kasus statistik mengenai
jumlah angka individu yang terinfeksi HIV maupun individu yang AIDS bukan
jumlah yang sebenarnya.
Terdapat banyak kasus
HIV/AIDS yang tidak dilaporkan mengingat pada fase awal AIDS selain tanpa
gejala, juga tidak dapat dideteksi. Selain itu kesadaran masyarakat untuk
melakukan tes HIV masih rendah. Sehingga dimungkinkan masih banyak kasus yang
tidak terdata, dan menjadikan data yang
ada adalah bukan angka yang sebenarnya.
G. TAHAPAN PERUBAHAN HIV MENUJU AIDS
1. Fase 1 : Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak
terinfeksi HIV)
Individu
sudah terpapar dan terinfeksi, tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat meskipun
ia melakukan tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa
saja terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari
dan sembuh sendiri)
2. Fase 2 : Umur infeksi: 2-10 tahun setelah
terinfeksi HIV.
Pada
fase kedua ini individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit,
namun sudah dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami
gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri)
3. Fase 3 : Belum
disebut sebagai gejala AIDS.
a.
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit.
b.
Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan
pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu
yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta
berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai
berkurang.
4. Fase 4 : Sudah masuk pada fase AIDS.
a.
AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat
berkurang dilihat dari jumlah sel-T nya.
a.
Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik
yaitu TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan
bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, ,
infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-minggu, dan infeksi otak
yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.
H. PENULARAN HIV/AIDS
1.
Kegiatan-kegiatan beresiko yang menularkan HIV/AIDS :
Walupun
HIV, mungkin terdapat pada bermacam-macam cairan tubuh pengindap HIV, tapi
hanya 3 cairan yang dapat menularkan yaitu darah, spirma dan cairan vagina. Seseorang
akan tertular HIV jika salah salah satu dari cairan diatas yang mengandung HIV
masuk kedalam darah orang yang belum terinfeksi.
Berikut
ini adalah kegiatan-kegiatan berresiko yang dapat menularkan HIV/AIDS :
a. Hubungan
Seks yang tidak aman dengan pengindap HIV/AIDS
b. Menggunakan
jarum suntik yang telah tercemar HIV.
c. Wanita
yang mengindap HIV kepda bayi yang dikandungnya
d. Ibu Hamil kepada Anak yang dikandungnya :
1) Antenatal
yaitu saat bayi masih berada didalam rahim, melalui plasenta
2)
Intranatal yaitu
saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina
3) Postnatal
yaitu setelah proses persalinan, melalui air susu ibu
4)
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
sudah terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang
tertular HIV tertular dari ibunya.
2. Cara mencegah
tertular HIV/AIDS :
a. Hanya transfuse darah yang bebas HIV
b. Menggunakan jarum suntik yang sudah diseterilkan
c. Tidak melakukan hubungan sek sebelum
menikah/diluar nikah
d. Setia pada pasangannya
e. Menggunakan kondom jika pasangan tidak pasti
atau belum dites.
3. Perilaku Berisiko
Yang Menularkan HIV/AIDS
1. Menggunakan
jarum dan peralatan yang sudah tercemar HIV
2. Berhubungan
seks melalui dubur, oral maupun melalui vagina tanpa perlindungan
3. Memiliki
banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang memiliki banyak pasangan
lain
I. PERNYATAAN-PERNYATAAN KELIRU SEPUTAR
PENULARAN HIV
Beberapa pendapat yang
salah, mengenai penularan HIV diantaranya:
1)
HIV/AIDS menular melalui hubungan kontak sosial biasa dari satu
orang ke orang lain di rumah, tempat
kerja atau tempat umum lainnya
2) HIV/AIDS
menular melalui makanan
3) HIV/AIDS
menular melalui udara dan air (kolam renang, toilet, dll)
4) HIV/AIDS
menular melalui serangga/nyamuk
5) HIV/AIDS
menular melalui batuk, bersin, meludah
6) HIV/AIDS
menular melalui bersalaman, menyentuh, berpelukan atau cium pipi
J. HUBUNGAN ANTARA HIV/AIDS DENGAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN HUBUNGAN SEKS BEBAS
1) HIV/AIDS – Hubungan Seks Bebas Dan Tak
Aman
Salah
satu media penularan HIV/AIDS yaitu melalui cairan sperma maupun cairan vagina,
maka perilaku hubungan seks bebas tidak aman merupakan perilaku yang beresiko tertular
maupun menularkan virus HIV.
2) HIV/AIDS – Penyalahgunaan Napza
Walau tidak seluruh pengguna
NAPZA, namun sebagian besar pengguna beberapa jenis NAPZA cenderung menggunakan
Jarum Suntik sebagai media pemakaiannya. Penggunaan jarum suntik yang tidak
seril dan dilakukan secara bergantian sangat rentan terhadap penularan virus
HIV/AIDS (tertular maupun menularkan).
Hal yang lebih mengerikan,
Pengguna Napza yang merupakan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) akan membuatnya
lebih cepat memasuki fase AIDS. Hal ini dikarenakan karakteristik NAPZA yang
bersifat menggerogoti organ tubuh. Termasuk juga perokok, karena rokok memiliki
sifat yang sama.
K. PENCEGAHAN PENULARAN
1. Secara
Umum
Lima cara pokok untuk mencegah penularan HIV (A, B, C, D, E), yaitu:
A: Abstinence – memilih untuk tidak melakukan hubungan seks pranikah
B: Be faithful – saling setia
C: Condom – Menggunakan kondom secara konsisten dan benar
D: Drugs – Tolak penggunaan NAPZA
E: Equipment – Jangan pakai jarum suntik bersama
2. Untuk Pengguna Napza
Pencandu yang IDU dapat
terbebas dari penularan HIV/AIDS jika :
a. Mulai
berhenti menggunakan Napza, sebelum terinfeksi HIV
b. Atau
paling tidak, tidak memakai jarum suntik
c. Atau
paling tidak, sehabis dipakai, jarum suntik langsung dibuang
d.
Atau paling tidak kalau menggunakan jarum yang sama, sterilkan
dulu, yaitu dengan merendam pemutih (dengan kadar campuran yang benar) atau
direbus dengan ketinggian suhu yang benar. Proses ini biasa disebut bleaching
(sterilisasi dengan pemutih)
3. Untuk Remaja
Karena semua orang tanpa kecuali dapat tertular HIV apabila
perilakunya sehari-hari termasuk dalam perilaku yang berisiko tinggi terpapar
HIV, maka yang perlu dilakukan remaja antara lain:
a)
Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Karena beresiko terhadap
penularan HIV/AIDS.
b)
Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan
HIV/AIDS
c)
Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami
remaja --dalam hal ini tentang masalah perilaku seksual- dengan orang tua,
guru, teman maupun orang yang memang paham mengenai hal ini.
d)
Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang dan jarum suntik,
tato dan tindik
e)
Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang
yang sudah terpapar HIV
f)
Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak
sehat dan tidak bertanggung jawab
L.
TES DARAH HIV/AIDS
Tes HIV adalah tes yang
dilakukan untuk memastikan apakah individu yang bersangkutan telah dinyatakan
terkena HIV atau tidak. Tes HIV berfungsi untuk mengetahui adanya antibodi
terhadap HIV atau mengetes adanya antigen
HIV dalam darah.
Ada beberapa jenis tes yang
biasa dilakukan di antaranya yaitu tes Elisa, tes Dipstik dan tes Western Blot.
Masing-masing alat tes memiliki sensitivitas atau kemampuan untuk menemukan
orang yang mengidap HIV dan spesifitas atau kemampuan untuk menemukan individu
yang tidak mengidap HIV.
Untuk tes antibodi HIV
semacam Elisa memiliki sensitivitas yang tinggi. Dengan kata lain persentase
pengidap HIV yang memberikan hasil negatif palsu sangat kecil. Sedangkan
spesifitasnya adalah antara 99,7%-99,90% dalam arti 0,1% - 0,3% dari semua
orang yang tidak berantibodi HIV akan dites positif untuk antibodi tersebut.
Untuk itu hasil Elisa
positif perlu diperiksa ulang (dikonfirmasi) dengan metode Western Blot yang
mempunyai spesifisitas yang lebih tinggi.
Syarat tes darah
untuk keperluan HIV adalah :
a. Bersifat
rahasia
b. Harus
dengan konseling baik pra tes maupun pasca tes
c. Tidak ada unsur paksaan
Sedangkan prosedur
pemeriksaan darah untuk HIV/AIDS meliputi beberapa tahapan yaitu :
a. Pre tes konseling
► Identifikasi risiko perilaku seksual (pengukuran tingkat risiko
perilaku)
► Penjelasan arti hasil tes dan prosedurnya (positif/negatif)
► Informasi HIV/AIDS sejalas-jelasnya
► Identifikasi kebutuhan pasien, setelah mengetahui hasil tes
► Rencana perubahan perilaku
b. Tes darah Elisa
► Hasil tes Elisa (-) kembali melakukan konseling untuk penataan
perilaku seks yang lebih aman (safer sex). Pemeriksaan diulang kembali dalam
waktu 3-6 bulan berikutnya.
► Hasil tes Elisa (+), konfirmasikan dengan Western Blot
c. Tes Western Blot
► Hasil tes Western
Blot (+) laporkan ke dinas kesehatan (dalam keadaan tanpa nama). Lakukan pasca
konseling dan pendampingan (menghindari emosi putus asa keinginan untuk bunuh
diri).
► Hasil tes Western
Blot (-) sama dengan Elisa (-)
M. PENGOBATAN
HIV/AIDS
Sampai saat ini belum ada
obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu. Ada
beberapa kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat disembuhkan. Setelah
diteliti lebih lanjut, pengobatannya tidak dilakukan dengan standar medis,
tetapi dengan pengobatan alternatif atau pengobatan lainnya.
Obat-obat yang selama ini
digunakan berfungsi menahan perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh, bukan
menghilangkan HIV dari dalam tubuh. Hal inilah yang dialami Magic Johnson,
pebasket tim LA Lakers. Konsumsi obat-obatan dilakukan untuk menahan jalannya
virus sehingga kondisi tubuh tetap terjaga.
Obat-obatan ARV sudah
dipasarkan secara umum, untuk obat generic, biaya obat ARV yaitu sekitar Rp. 380.000,- per paket. Namun
tidak semua orang yang HIV positif sudah membutuhkan obat-obat ARV, ada kriteria
khusus.
Jadi pengobatan HIV Magic Johnson belum tentu
dapat diterapkan pada orang lain. Meskipun semakin hari makin banyak individu yang
dinyatakan positif HIV, namun sampai saat ini belum ada informasi adanya obat yang
dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Bahkan sampai sekarang belum ada perkiraan resmi
mengenai kapan obat yang dapat menyembuhkan AIDS atau vaksin yang dapat mencegah
AIDS ditemukan.
Untuk menahan lajunya tahap
perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah antiretroviral dan infeksi
oportunistik.
1. Obat
antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna
menghambat perkembang-biakan virus. Obat-obatan yang termasuk anti retroviral
yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine.
2. Obat
infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan
untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan tubuh. Yang
penting untuk pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis
penyakitnya, contoh: obat-obat anti TBC, dll.
BERIKUT BEBERAPA GAMBAR PENDERITA HIV/AIDS :
N. STIGMA MASYARAKAT TERHADAP ODHA
Terdapat banyak pendapat
untuk memasukkan Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) ke penampungan khusus
penderita HIV dan AIDS. Namun ini berarti merupakan satu bentuk diskriminasi terhadap ODHA. Padahal, tanpa melakukan
kontak seksual maupun kontak darah Dengan ODHA, HIV dan AIDS yang ada pada
tubuh ODHA tidak akan menular ke individu lain, termasuk kepada Orang Hidup
Dengan HIV dan AIDS (OHIDHA).
Selain itu individu yang
masih ada dalam fase HIV masih produktif. Sehingga individu yang bersangkutan
masih dapat bekerja dan menghasilkan. Dengan adanya shelter berarti terjadi
diskriminasi dalam perlakuan. Sebagian masyarakat melakukan diskriminasi karena
:
1)
Kurang memperoleh informasi yang benar bagaimana cara penularan HIV
dan AIDS, hal-hal apa saja yang dapat menularkan dan apa yang tidak menularkan
2)
Ketakutan terhadap HIV dan AIDS sebagai penyakit yang mematikan. Sehingga
mereka belum percaya sepenuhnya informasi yang diberikan.
1. Apa
Yang Harus Dilakukan Oleh ODHA
a. Mendekatkan
diri pada Tuhan
b. Menjaga
kesehatan fisik
c. Tetap
bersikap / berpikir positif
d. Tetap
mengaktualisasikan dirinya
e. Masuk
dalam kelompok dukungan (support group)
f. Menghindari
penyalahgunaan NAPZA
g. Menghindari
seks bebas dan tidak aman
h. Berusaha
mendapatkan terapi HIV / AIDS
2. Apa
Yang Dapat Dilakukan Oleh Masyarakat Terhadap ODHA
Sebenarnya
banyak hal yang dapat dilakukan kepada ODHA yaitu dengan memberikan dukungan.
Dukungan di sini tentunya dalam pengertian yang luas, yaitu misalnya dengan memberikan
kesempatan, dan sebagainya. Di antaranya anggota masyarakat harus peduli dengan
penanggulangan epidemi AIDS dan mendukung ODHA untuk melawan diskriminasi,
peduli terhadap ODHA yang sering mendapatkan penolakan dari orang lain.
Kiranya Tuhan senantiasa menyertai derap langkah hidup kita, dan menghindarkan kita dari HIV/AIDS. Semoga.
(Materi ini
disampaikan pada Forum PIK Remaja Sahabat Ceria SMAN-1 Tasik Payawan tanggal 09
April 2013)